
Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung
Jan1970
Dibuka
900 Kali
Nama Nagari Koto Tuo Berasal dari kata “ Koto Nan Tuo “ Menurut sejarah yang diterima dari orang tuo-tuo sebelum adanya Nagari Palangki, Nagari Koto Tuo dan sebagian Nagari Muaro, daerah ini dinamakan Nan Ampek Koto, yaitu :
1. |
Boduok |
: |
Yang dikuasai oleh Tuan Haji Nan Kiramaik dengan Datuak Rajo Mudo sebagai Pangulu. Kedudukannya dalam Pusako / Kerapatan nan limo Koto sebagai Tiang Panjang berasal dari Padang Ganting, Tanah Datar. |
2. |
Muaro Balai |
: |
Yang dikuasai oleh Datuak Lelo Panjang dengan Datuak Pangulu Basa sebagai Pangulu. Kedudukannya dalam Pusako kerapatan nan limo Koto sebagai Sandi Padek yang berasal dari Andaleh melalui Payakumbuh. |
3. |
Batu Mangunyik |
: |
Yang dikuasai oleh Datuak Sinaro Nan Putiah dengan Datuak Rajo Palembang sebagai Pangulu. Kedudukannya dalam Pusako / Kerapatan nan limo Koto sebagai Parik Paga yang berasal dari limo kaum, Tanah Datar. |
4. |
Comintato |
: |
Yang dikuasai oleh Datuak Mogek Kanamaan dengan Datuak Pangulu Sutan sebagai Pangulu. Kedudukannya dalam Pusako / kerapatan nan limo koto sebagai Camin Taruih berasal dari Padang Ganting. |
Seiring keberadaan urang Nan Ampek Koto, di Guguak Gadang, Limau Sundai, Batu Kondiek (wilayah Koto Tuo yang berbatasan dengan kecamatan Sijunjung) sudah ada penduduknya. Pada musim kemarau mereka kesulitan air, maka pergilah mereka ke Sungai Batang Palangki untuk mengambil air. Selanjutnya secara berangsur-angsur mereka pindah ke daerah sekitar tepi sungai Batang Palangki.
Pada abad XIV Masehi datanglah orang Ponggang dari Padang Buluh Kasok (Padang Sibusuk sekarang), yang dipimpin oleh Ninik Romai, diikuti oleh 3 (Tiga) orang Datuak yaitu :
Rombongan orang Ponggang itu singgah di Silambau (Batu Putiah). Menurut riwayatnya Ninik Romai itu sambil menghilangkan kesedihannya pergilah keseberang sungai untuk melihat keadaan alam sekitarnya yang lokasinya adalah Nagari Palangki Sekarang.
Timbulah keinginan Ninik Romai untuk menjadikan daerah tersebut sebagai tempat tinggal, tetapi beliau belum mengetahui siapa yang punya ulayat tersebut. Maka pergilah Ninik Romai arah ke Hulu Air Silambau Batu Putiah untuk berlimau dengan Limau Kapeh. Kemudian Limau Kapeh tersebut dibelah dua sebagian dijadikan untuk perlimauan sebagian lagi dihanyutkan kedalam sebuah mundam.
Mundam yang berisi sampolah limau kapeh itu hanyut melalui tepian yang dilihat oleh Dt. Baromban Bosi, Dt. Mogek Kanamaan, Dt. Sinaro Nan Putiah, Dt. Lelo Panjang dan tidak diambilnya, yang akhirnya sampailah mundam tersebut di tepian Tuanku Haji nan Kiramaik dan langsung diambilnya serta dibawa pulang.
Setelah memperhatikan mundam yang berisi sampolah limau itu, maka Tuan Haji nan Kiramaik ingin mencari orang yang punya mundam tersebut dengan memudikkan batang air palangki dan menemui Dt. Lelo Panjang serta Dt. Sinaro nan Putiah di Batu Mangunyik (Koto Tuo sekarang).
Kemudian dengan musyawarah Datuak yang bertiga tersebut melanjutkan perjalanannya sampai bertemu dengan Dt. Mogek Kanamaan, Dt. Baromban Bosi (yang menguasasi ulayat Pematang Barangan) di tepian masing-masing serta menanyakan siapa yang punya mundam ini yang berisi sampolah limau Kapeh, dijawab oleh Datuak-datuak tersebut bahwa mereka hanya melihat mundam itu hanyut dengan tidak mengambilnya. Maka dengan demikian maka datuak-datuak tersebut sepakat mencari orang yang punya mundam itu sampai bertemu.
Setelah mereka sampai di lereng Capo sekarang dengan memandang ke seberang sungai nampaklah kepulan asap ke udara, maka menurunlah mereka ke arah kepulan asap. Setelah sampai di tempat kepulan asap, nampaklah oleh mereka orang-orang berkumpul dan langsung dipanggil oleh datuak-datuak tersebut dengan memperlihatkan mundam yang dibawanya tadi. Datanglah Ninik Romai menemui mereka dan datuak-datuak tersebut menanyakan “Datang dari mana dan hendak kemana?” dijawab oleh Ninik Romai “Kami datang dari Ponggang hendak pergi ke Pematang Rantau ber Ayam Kuau, ber Kambing Kijang, ber Kalang Baniah dan ber Kelambu Rasam” maka dengan demikian Datuak nan Balimo menghalangi tujuan dan maksud Ninik Romai dengan menawarkan supaya “tinggal disini dan pilih daerah yang kakak sukai”.
Rombongan Ninik Romai menolak tinggal karena daerah itu masih dekat dengan Ponggang. Lalu mereka melanjutkan perjalanan kearah sijunjung, setiba di padang layang-layang dicegatlah rombongan ini oleh Tuanku Malin Bayang dan disuruh untuk kembali ke tempat datuak nan limo koto dan memenuhi tawaran mereka. Namun Ninik Romai bersikeras menolak.
Lalu Tuanku Malin Bayang memotong sebatang bambu lalu menancapkan ketanah. Dan karena Keramat (kesaktian) beliau batang bambu itu langsung hidup seketika dan mengatakan kepada Ninik Romai dan Rombongan mempersilahkan melewati bambo tersebut, dan mereka pun tidak berani melewatinya. Ninik Romai kemudian menyetujui untuk kembali dengan mengajukan 4 (Empat) Persyaratan.
Kemudian Tuanku malin bayang mengirim kabar kepada Datuak Nan Limo Koto menjemput Ninik Romai dan Rombongan ke Padang Layang-layang. Setelah datang Dt. Sinaro Nan Putiah Dt. Mogek Kanamaan dan Dt. Rajo Mudo, Ninik Romai mengajukan 4 (empat) persyaratan untuk Tinggal sebagai berikut ; Ba paga air, Ba paga Urang, Ba ulayat dan Ba Kebesaran.
Dengan melalui proses musyawarah Datuak Nan Limo Koto memenuhi syarat dari Ninik Romai maka mereka kembali menuju ulayat Datuak nan limo koto. Setiba di Bukik Paninjauan, ditunjuklah oleh Ninik Romai tempat agak kedataran (Ranah Tibarau) yang sesuai dengan persyaratan yang mereka ajukan.
Di daerah Nan ampek koto, Datuak nan Ampek Koto bersama Anak kemenakan bermusyawarah dan sepakat sebagian Pindah ke Palangki dan sebagian kecil masih tinggal di Koto Tuo.
Sejak itu Koto Tuo lazim disebut dengan “Koto Tingga“ dan ada “Kato Nan Tingga“ (Nan poi jo kain pendukuang nan tingga jo kampuo buayan). Artinya hutan tanah yang telah dikelola/hutan jauh diulangi, masih tetap dikuasai oleh yang pindah tapi selebihnya adalah milik yang menetap di Koto Tuo.
Setelah Ninik Romai menetap di Palangki, Urang Nan Ompek Koto dan Tujuh Koto rapat di Bukik Nan Bulek dan ditetapkan Datuk Baramban Bosi sebagai Indak Rajo Kagonti Rajo dengan gelar Dt. Bagindo Rajo, sebagai tingkatan diangkatlah Tuan Haji Nan Kiramaik dengan gelar Datuk Rajo Mudo.
Sejak itu didirikan Datuk Nan Barompek di Koto Tuo, Datuk Nan Salapan di Palangki dan Datuk Nan Batujuah di Muaro Bodi. Maka terbentuklah Nagari Koto Tuo, Palangki dan Muaro Bodi secara Adat.
Berikut 4 (empat) suku dan Jinih yang ada di nagari Koto Tuo beserta gelar Sako :
No. |
SUKU |
JINIH |
GELAR SAKO |
1 |
Caniago |
Pangulu Monti Dubalang Pandito |
Datuak Rajo Bandaro Ponji Alam Rajo Dubalang Pakiah Sabatang |
Piliang |
Pangulu Monti Dubalang Pandito |
Datuak Endah Sutan Sampono Kayo Bagindo Khatib Pandito Sinaro |
|
Patopang |
Pangulu Monti Dubalang Pandito |
Datuak Enda Kayo Pito Mulah Bagindo Ratu Malin Sulaiman |
|
Malayu |
Pangulu Monti Dubalang Pandito |
Datuak Sutan Pamuncak Bagindo Sutan Lenggang Marajo Malin Pangulu |
Data Populasi Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung
LAKI-LAKI : 920 ORANG
PEREMPUAN : 884 ORANG
TOTAL : 1804 ORANG
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
BELUM MENGISI
TOTAL
KK
Jorong
Data APB Nagari sebagai wujud transparansi Pemerintah Nagari dalam mengelola keuangan
Rp 1.637.696.645,00
Rp 1.039.518.493,00
Rp 1.466.077.629,09
Rp 735.954.723,00
Rp -171.619.015,11
Rp 57.836.234,89
Rp 8.646.233,00
Rp 0,00
Rp 4.500.000,00
Rp 0,00
Rp 798.213.000,00
Rp 478.927.800,00
Rp 48.556.212,00
Rp 14.998.302,00
Rp 764.580.000,00
Rp 533.814.540,00
Rp 10.201.200,00
Rp 10.201.200,00
Rp 3.000.000,00
Rp 1.576.651,00
Rp 420.364.240,00
Rp 284.976.160,00
Rp 655.838.469,00
Rp 300.021.870,00
Rp 312.774.920,09
Rp 122.156.693,00
Rp 77.100.000,00
Rp 28.800.000,00
Detail